Jumat, 14 Oktober 2011

Kekuasaan dalam Kepemimpinan dan Strategi pengembangannya

by sari Kepemimpinan tidak dapat lepas dari kekuasaan dan kewenangan (power and authority). Kekuasaan (power) berasal dari kata kerja bahasa Latin "potere" yang berarti untuk dapat, sehingga kekuasaan dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang memungkinkan seseorang untuk mencapai tujuan. Kekuasaan (power) adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengubah perilaku orang lain meskipun orang lain tersebut mau berubah atau tidak (Tappen, 1995). Adapun kewenangan (authority) adalah hak yang diberikan kepada seseorang untuk memimpin (Huston, 2000). Kewenangan merupakan kekuasaan yang diberikan oleh organisasi secara formal untuk mengarahkan pekerjaan atau perilaku orang lain, biasanya diwujudkan dengan pemberian surat keputusan. Seorang manager harus memahami konsep mengenai kekuasaan dan cara menggunakannya sehingga dapat menjalankan kewenangan yang diberikan kepadanya dan mengarahkan bawahan atau anggota tim untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif. Kekuasaan dapat menjadi sesuatu hal yang menakutkan, diagungkan, dihindari maupun tidak dipercaya. Pandangan dan sikap seseorang terhadap kekuasaan sangat dipengaruhi oleh pengalaman mereka tentang kekuasaan dan bagaimana lingkungan membentuk persepsi mereka. Tidak setiap orang memiliki kepercayaan bahwa dirinya memiliki kekuasaan atau kemampuan untuk mempengaruhi dan mengubah perilaku orang lain. Akan tetapi seseorang yang menyadari power yang dimilikinya akan mempunyai kemampuan untuk bertindak atau kekuatan dan potensi untuk mencapai sesuatu dan dapat memaksakan kehendaknya pada orang lain bahkan ketika mereka melawannya (Hook, 1979 dikutip dari Tappen, 1995). Kekuasaan dapat digunakan dengan gaya yang halus maupun keras untuk mengatasi hambatan apapun yang ada. Pemimpin yang berhasil akan menyadari pandangan mereka tentang kekuasaan, menggunakannya dengan bijaksana dan konstruktif serta menghindari penyalahgunaan kekuasaan. Kepemimpinan dapat dijalankan hanya bila pada diri pemimpin terdapat kekuasaan karena jabatan yang diembannya dan penerimaan atau pengakuan bawahan atas perannya sebagai pemimpin (Gillies, 1996). Kekuasaan menurut French dan Raven (1959) dikutip dari Tappen (1995) ada 5 (lima) tipe yaitu: legitimate power, reward power, punishment atau coercive power, expert power dan referent power. Legitimate power atau kekuasaan legitimasi merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengubah perilaku orang lain karena posisi yang dimilikinya dalam organisasi. Kekuasaan ini tidak tergantung kepada bawahan. Seseorang dengan posisi yang lebih tinggi dalam organisasi mempunyai kekuasaan pada orang - orang yang ada di bawahnya atau dipimpinnya. Reward power merupakan kekuasaan yang dimiliki pemimpin karena kemampuannya dalam pemberian penghargaan baik berbentuk material maupun non material kepada bawahannya. Bawahan akan mengikuti arahan dan tugas yang diberikan apabila pimpinan dapat menyediakan penghargaaan atas pekerjaan yang bernilai bagi dirinya, misalnya: pemberian bonus, kenaikan gaji atau insentif, reinforcement positif maupun kesempatan mengikuti program pengembangan staf. Punishment atau coercive power merupakan kebalikan dari reward power. Coercive power adalah kekuasaan untuk menerapkan perintah secara paksa melalui hukuman. Kekuasaan ini didasarkan pada rasa takut bawahan pada hukuman yang akan diterima apabila tugas tidak dilaksanakan atau harapan pimpinan tidak terpenuhi. Pimpinan menerapkan kekuasaan ini dengan cara pengurangan insentif, penundaan atau penurunan pangkat, skorsing atau pemecatan. Kekuasaan paksaan dapat digunakan untuk memperbaiki perilaku yang tidak produktif, akan tetapi kadangkala menghasilkan akibat yang sebaliknya karena ketidakpuasan dari bawahan. Expert power merupakan kekuasaan yang dimiliki karena kemampuan pengetahuan, keahlian atau pengalaman yang lebih dibandingkan orang lain. Seorang manajer yang memiliki kekuasaan ini dapat meyakinkan, membimbing dan mengarahkan bawahan berdasar keahlian yang dimilikinya. Referent power atau kekuasaan rujukan adalah kekuatan yang dimiliki karena orang lain mengidentifikasikan dirinya dengan pemimpin atau dengan apa yang melambangkan pemimpin. Kekuasaan rujukan merupakan kemampuan untuk menjadi panutan bagi bawahan sehingga menimbulkan kebanggaan dan upaya dari bawahan untuk mengidentifikasikan dirinya sesuai dengan pemimpinnya. Persepsi ini dapat didasarkan pada karisma pribadi, cara berbicara atau tindakan pemimpin, organisasi tempatnya berada, atau lingkungan pergaulannya. Kekuasaan rujukan ini akan menjadikan seorang pemimpin sebagai role model bagi bawahannya. Beberapa ahli membedakan kekuasaan rujukan dengan kekuasaan karismatik. Willey (1990) dikutip dari Tappen (1995) menyatakan bahwa karisma adalah jenis kekuatan pribadi, sedangkan kekuasaan rujukan diperoleh hanya melalui hubungan yang kuat dengan orang lain. Pendekatan dan penerapan kekuasaan kadangkala tidak bisa sama pada setiap individu. Beberapa bawahan akan efektif apabila diterapkan kekuasaaan imbalan, namun mungkin tidak akan memberikan hasil yang sama pada individu yang lain. Demikian pula dengan penerapan kekuasaan hukuman bisa efektif bagi sebagian bawahan dan mungkin tidak efektif bagi sebagian yang lainnya. Seorang pemimpin harus terus mengasah kemampuannya sehingga bisa menjadi role model bagi bawahannya. Pemimpin juga harus berusaha untuk memahami dan memberikan perhatian kepada setiap bawahan sebagai individu yang unik. Hal ini penting karena setiap individu memiliki toleransi yang berbeda terhadap tugas dan kekuasaan pimpinan. Bawahan akan lebih mudah untuk menjalankan tugas dan mengakui kekuasaan pimpinan apabila mereka merasa bahwa seorang pemimpin peduli terhadap keberadaan mereka sebagai manusia. Pemimpin yang baik mengembangkan kemampuan dirinya untuk memiliki berbagai tipe kekuasaan serta menggunakannya sesuai dengan situasi dan kondisi organisasi. Seorang pemimpin harus membangun dasar kekuatan pribadi sehingga bisa mengarahkan tim mencapai tujuan organisasi, memenuhi peran kepemimpinan, melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, dan memenuhi tujuan pribadi. Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kekuatan pribadi menurut Marquis dan Huston (1998) antara lain: 1. Memperluas sumber daya pribadi. Kekuasaan dan energi untuk menjalankannya berjalan secara beriringan. Pemimpin yang efektif akan mengambil cukup waktu untuk beristirahat, merenung, dan bersantai sejenak ketika mereka merasa lelah. Manajer yang tidak mengurus diri sendiri dapat mulai membuat kesalahan dalam penilaian dan mengambil keputusan yang dapat berdampak buruk bagi organisasi. 2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang tangguh atau kuat. Cara orang melihat, bertindak dan berbicara akan mempengaruhi pandangan orang lain untuk melihatnya sebagai pribadi yang kuat atau tidak berdaya. Pemimpin yang berdiri dengan tegak dan tenang, tegas, jelas dan rapi dapat menyajikan gambaran kontrol pribadi dan kekuasaan yang baik. 3. Berusaha berbuat lebih banyak, bekerja lebih keras dan memberikan kontribusi terhadap organisasi. 4. Menentukan kekuatan dalam organisasi. Menjalin kerjasama dengan semua orang baik dalam struktur formal maupun informal sangat penting. Memahami orang-orang yang berpengaruh dalam struktur tersebut dan mencari kesamaan dan nilai-nilai bersama daripada berfokus pada perbedaan. 5. Mempelajari bahasa dan simbol-simbol organisasi. Setiap organisasi memiliki budaya dan sistem nilai. Pemimpin harus memahami budaya dan disosialisasikan ke dalam organisasi. 6. Mempelajari prioritas organisasi. Setiap kelompok memiliki tujuan dan prioritas untuk mencapai tujuan tersebut. Seorang pemimpin harus sadar terhadap tujuan organisasi dan menggunakan prioritas serta tujuan untuk memenuhi kebutuhan manajemen. 7. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan profesional hingga ke tingkat ahli. Pemimpin yang memiliki keunggulan pengetahuan dan keterampilan akan meningkatkan kredibilitas dan menentukan bagaimana ia dilihat oleh orang lain. 8. Mempertahankan visi yang luas. Manajer sukses tidak hanya mengakui bagaimana individu sesuai dalam unit organisasi yang lebih besar, tetapi juga bagaimana lembaga secara keseluruhan cocok dengan skema dari total komunitas. 9. Menggunakan ahli dan mencari nasihat. 10. Fleksibel. Pemimpin yang akan membangun kekuasaan harus mengembangkan reputasi sebagai seseorang yang bisa berkompromi. Orang yang kaku tanpa kompromi akan dilihat sebagai orang yang tidak peka terhadap kebutuhan organisasi. 11. Mengembangkan visibilitas dan kemampuan berkomunikasi dalam organisasi. Seorang pemimpin harus mengembangkan kemampuan untuk mendengar dan berbicara untuk memberikan kontribusi yang berharga dalam forum. 12. Belajar untuk menghargai diri sendiri dan menerima pujian sebagai suatu seni. Seorang pemimpin harus bersikap ramah dan tidak pasif ketika dipuji karena keberhasilan usahanya yang luar biasa. 13. Mempertahankan selera humor. Humor yang tepat akan sangat efektif. Kemampuan untuk menertawakan diri sendiri dan tidak mengambil terlalu serius diri sendiri adalah kekuatan yang paling penting untuk dibangun. 14. Memberdayakan orang lain. Manajer perlu untuk memberdayakan anggota tim atau bawahannya dan pengikut harus memberdayakan para pemimpin mereka dengan cara berbagi pengetahuan, menjaga kekompakan, menghargai profesi, dan mendukung satu sama lain. Kemampuan seorang pemimpin akan sangat menunjang keberhasilannya dalam menjalankan peran dan fungsi manajemen serta mengarahkan bawahan untuk bersama-sama mencapai tujuan organisasi. Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk menerapkan pendekatan kekuasaan sesuai dengan situasi dan kondisi organisasi serta memahami dan menghargai bawahan sebagai individu yang unik. Kemampuan individual dari pemimpin harus terus dibangun dengan berbagai macam strategi yang dapat dilakukan sehingga dapat menjadi pribadi yang tangguh, kharismatik dan role model bagi bawahannya. DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2009). Kepemimpinan dalam keperawatan. Diambil dari http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11/kepemimpinan-dalam-keperawatan/. Tangal 25 Maret 2010. ________. (2009). Kepemimpinan dalam keperawatan. Diambil dari grahacendikia.files.wordpress.com/.../kepemimpinan-dlm-keperawatan.doc. Tanggal 25 Maret 2010. Huston, C.J. (2000). Leadership roles and management function in nursing: theory & application. (3th ed). Philadelphia: Lippincott. Tappen, R.M. (1995). Nursing leadership and management: function and practice. (3th ed). Philadelphia: F.A. Davis Company.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke blog ini, berikan komentar atau follow this blog